Dompu [EDITOR I News] – Pemilu tahun 2024 besok merupakan pemilihan umum ke-12 dalam sejarah demokrasi Indonesia. Tangal 14 Februari rakyat memilih perwakilannya di DPR, DPD, dan Presiden/Wapres.
Sejak pemilu pertama tahun 1955 sampai pemilu yang ke-12, Partai Nasional Demokrat bentukan Surya Paloh baru tiga kali menjadi peserta pemilu. Di pemilu 2024 nanti, Nasdem salah 1 parpol peserta pemilu dari 18 parpol lainnya.
Pada pilpres 2014 lalu, Nasdem mengusung pasangan nomor 2 Jokowi – Jusuf Kalla, dan pasangan tersebut menang melawan Prabowo – Hatta Radjasa. Kemudian dalam pilpres 2019, Nasdem masih setia mendukung Jokowi namun pasangannya bukan lagi JK melainkan Ma’ruf Amin. Dari lotre yang digelar KPU, pasangan ini mendapatkan nomor urut 1. Jokowi kembali duel melawan Prabowo yang berduet dengan Sandiaga Uno dengan nomor urut 2. Lagi lagi, Nasdem memetik kemenangan, jagoannya keluar sebagai pemenang kontestasi. Pembacaan Paloh begitu tajam.
Jika dilihat dari sepak terjang politiknya terutama selama memegang Nasdem, Paloh adalah tokoh politik yang paling cepat mengambil keputusan penting walaupun ditengah keadaan genting. Keputusan itu selalu membuahkan hasil gemilang.
Alhasil, Nasdem parpol seumur jagung, tapi kini menjelma menjadi salah satu 5 partai besar yang memainkan irama percaturan politik di negeri +62.
Teramat sangat langka kepiwaian yang dimiliki Paloh. Jika dikatakan kebetulan, sangat mustahil karena keputusan politik adalah keputusan paling besar dan tertinggi di negara ini. Jika sedikit keliru apalagi salah, dampak yang dirasakan seperti malapetaka. Tapi apa? Paloh dan kapal besarnya bernama Nasdem dua unsur yang diperhitungkan.
Artinya, Paloh memiliki kalkulasi khusus dan pertimbangan pertimbangan yang matang sebelum mengambil sikap.
Ditengah hiruk pikuk menghadapi pilpres 2024, Paloh sibuk berorkestrasi. Satu sisi Nasdem harus menjadi pemenang pemilu atau minimal tetap berada di posisi 5 besar. Sisi lainnya Paloh berpikir keras siapa lagi yang harus diusung dalam pilpres, mengingat pelaksanaan pilpres dan pileg dalam waktu yang sama.
Seperti cerita cerita sebelumnya dalam mengambil keputusan, Paloh selalu terdepan, adalah orang yang selalu pertama kali bersikap dalam berpolitik.
Benar saja, secara mengejutkan Paloh langsung mendeklarasikan mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, sebagai bakal calon presiden dari Nasdem. Ada yang menilai deklarasi itu mendadak sekali. Walau begitu, semua pihak dibuat geger dan panik karena Anies dalam bahaya besar dia sedang di bidik KPK dalam kasus Formula E. Tapi bahaya itu dianggap publik sebagai upaya ketua KPK Firli Bahuri untuk menjegal Anies.