Oleh : Asyari Usman*
Begitu mendarat di KLIA dari Heathrow pagi tadi dan buka WA, berterbaran berita tentang paslon Anies-Gus Imin yang mendapat nomor urut 1. Alhamdulillah.
Nomor urut 1 pastilah angka yang sangat diinginkan oleh dua paslon lain. Tidak bermaksud klenik-klenikan, nomor 1 itu akan memudahkan para pemilih ketika membuka surat suara di TPS. Cara kerja mata kita pastilah akan memulai pandangan ke foto pertama di surat (kertas) suara. Setelah itu barulah ke foto-foto berikutnya.
Begitu melihat foto, banyak orang tidak mau pikir panjang. Mereka langsung coblos nomor 1. Walaupun mereka bermaksud mencoblos paslon lain.
Seperti biasa, No. 1 paling mudahkan dipasarkan lewat lisan maupun tulisan. Misalnya saja, para juru kampanye bisa dengan mudah merangkai kalimat-kalimat yang di dalamnya ada pesan-pesan yang berbasis angka 1.
“Di pilpres ini, kita hanya punya satu tujuan. Yaitu, menomorsatukan keadilan.” Ini contoh kalimat verbal yang sangat solid pesan yang dihunjamkannya ke benak publik. Apalagi orang yang mengucapkannya sambil mengangkat jari telunjuk.
Keistimewaan ini tidak mudah atau bahkan tidak bisa dibentuk dari angka-angka lain. Silakan saja Anda gunakan angka 2 atau 3.
“Amin adalah 1-1-nya paslon yang 1deal memimpin 1ndonesia.” Ini contoh kalimat tulisan yang efektif. Dalam bahasa Inggris, ini disebut “the only one” (satu-satunya). “Satu-satunya” memiliki makna idiomatik yang menunjukkan “tidak ada tandingan”.
Angka 2 tidak memiliki basis linguistik yang bisa digunakan sebagai idiom koersif-konklusif sebagaimana idiom “satu-satu (1-1)-nya”. Begitu juga angka 3. Tidak punya fleksibilitas seperti angka 1.
Contoh lain adalah: “1 Nusa, 1 Bangsa, 1 Bahasa”. Atau: “Yang memper-1-kan doa adalah Amin”. Dan lain sebagainya.
Tetapi, keistimewaan angka 1 yang menjadi nomor paslon Amin itu bukanlah aspek terpenting untuk kita bahas. Ini hanya sesuatu yang memang ikut memudahkan kampanye Anies-Gus Imin (Amin).
Nah, apa yang paling penting? Yang terpenting adalah bahwa kualitas personal Amin memang sangat diperlukan Indonesia yang saat ini dibuat hancur oleh Jokowi. Ini yang menjadi kerja besar Anies. Dia harus memperbaiki “kapal pecah” yang ditinggalkan Jokowi tahun depan.
Untuk tujuan ini, Anies memiliki banyak kelebihan dibandingkan paslon-paslon lain. Dia pernah menjadi menteri pendidikan. Dalam kapasitas ini, Anies pernah membunyikan pluit kencang tentang dugaan korupsi dana honor guru. Jumlahnya sangat besar.
Anies lima tahun memimpin Jakarta. Hasilnya membuat para pejabat berusaha menyembunyikan sekian puluh penghargaan administratif dan kualitas program kerja. Rata-rata pendukung Jokowi tidak suka.