Oleh : Asyari Usman*
Selepas deklarasi pencapresan Ganjar Pranowo oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Presiden Jokowi menunjukkan perasaan lega. Bagi dia, yang diinginkannya sudah tercapai. Tinggal menunggu tanggal pilpres 2024. Ganjar akan unggul di “quick count” (hitung cepat) KPU pada 14 Februari 2024.
Beberapa hari kemudian KPU mengumumkan secara resmi bahwa Ganjar terpilih dengan perolehan suara 65%. Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengatakan bagi capres yang kalah, silakan datangi Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menggugat. Di MK, sudah siap menunggu Ketua Anwar Usman — adik ipar Presisden Jokowi.
Gugatan hampir pasti ditolak. Kalau pun diterima, mana mungkin Ganjar dikalahkan.
Pencapresan si penggemar film porno itu berlangsung di Istana Batu Tulis di Bogor. Dari sini, Jokowi bermobil berjam-jam bersama Ganjar menuju Jakarta. Tentulah yang mereka bicarakan bukan soal apa hobi Ganjar, dan bukan pula soal kampanye pilpres. Melainkan apa yang harus dilakukan Ganjar begitu masuk ke Istana.
Pembicaraan masih berlanjut. Jokowi membawa Ganjar dengan pesawat kepresidenan dari Jakarta ke Solo.
Bahkan, perasaan lega Jokowi itu kelihatannya sudah sampai pada hari pelantikan Ganjar sebagai presiden pada 20 Oktober 2024. Jokowi akan menghadirinya sambil melempar senyum ke mana-mana.
Tapi, benarkah Ganjar pasti menjadi presiden? Apakah tidak ada kemungkinan lain?
Di atas kertas, iya. Ganjar dipastikan menang. Mana mungkin kalah. Didukung PDIP, Jokowi, Luhut Panjaitan, oligarki bisnis, dan semua instrumen penegak hukum. Anda mau mengalahkan Ganjar?
Hanya Tuhan yang bisa menggagalkan Ganjar. Itu pun kalau Anda punya iman, termasuk iman tentang takdir. Sejauh ini tampaknya Jokowi tak mengenal konsep takdir, khususnya takdir kekalahan Ganjar.
Jokowi percaya persiapan untuk menjadikan Ganjar presiden ke-8, sudah final. Seperti ditulis Prof Denny Indrayana dalam artikel panjang tentang “pengaturan Ganjar presiden RI”, persiapan untuk memenangkan Ganjar memang sudah sangat matang. Semua orang yang berkepentingan dengan kelanjutan kekuasaan Jokowi lewat tangan Ganjar telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan.
Dana besar dijamin tersedia. Tak berseri pula lagi. Dari mana dana ini? Jawabannya : pantas diduga dari kelompok oligarki penindas rakyat. Kebanyak mereka adalah perampok kekayaan negara. Pokoknya, uang mereka selalu menumpuk di bumi Kalimantan, di tanah Morowali, di Papua, di Sumatera, dll. Mungkin juga ada sokongan dari luar.
Untuk mainan para pegawai Kementerian Keuangan saja bisa Rp349 triliun. Lain lagi Rp189 triliun dari ekspor emas. Apalah artinya dana pilpres Ganjar Rp100 triliun, misalnya. Kecil ini, kawan.