SUARABBC.COM, Dompu – Kehidupan masyarakat di masa lampau merupakan potret sebuah peradaban.
Peradaban itu sendiri cerminan kemajuan kelompok masyarakat dalam suatu wilayah yang terlahir dari pikiran-pikiran cerdas. Jejak peradaban masa lalu sekaligus tonggak peradaban hari ini.
Situs Doro B’ente salah satu bukti sisa-sisa kemajuan peradaban dan kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Pekat ratusan tahun silam.
Menurut ketua LSM Kapahu Rifad Bangkit, kondisi Doro (gunung/bukit/bajasa Dompu) B’ente (benteng/bahasa Dompu) kini sangat mengkhawatirkan, pasalnya keadaan situs benteng di masa Kerajaan Pekat itu sudah rusak karena batu di bangunan utama benteng sudah diambil orang.
“Kondisi situs Doro B’ente sekarang tidak terawat dan hancur,” ujar Cimin ketika dihubungi lewat pesan pribadi, Kamis, 23 Juli 2020.
Sebagai ketua lembaga swadaya yang konsen dan peduli akan kelestarian sejarah, budaya dan pariisata itu meminta perhatian lebih sekaligus pengawasan dari Pemkab Dompu dalam hal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Ceeitanya, penemuan Doro B’ente sendiri merupakan andil besar dari Droge, seorang jurnalis dari Belanda yang menyingkap jejak peradaban Kerajaan Pekat yang eksis 400 tahun silam.
Jurnalis Belanda itu menyimpan sebuah peta lama yang dibuat Belanda sekitar tahun 1794. Dalam peta tergambar sebuah benteng seluas sekitar 10 hektare, yang diduga kuat menjadi lokasi Kerajaan Pekat.
Pekat merupakan salah satu kerajaan yang ikut terkubur akibat dahsyatnya letusan Gunung Tambora pada April 1815. Letusan Gunung Tambora menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Dompu, tepat pada 11 April ditetapkan sebagai hari jari Kabupaten Dompu.
Kendati Kerajaan Pekat hanya tinggal goresan sejarah, namun masih menyisakan banyak petilasan, yaitu benteng pertahanan, yang oleh masyarakat Dompu disebut Doro B’ente.
Benteng ini terletak di Savana Gunung Tambora, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan Teluk Saleh.
Terkait peta milik jurnalis Belanda itu, Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar I Putu Yuda Haribuana 4 tahun silam saat memimpin proses ekskavasi Doro B’ente mengatakan, dalam peta tersebut terdapat kesamaan informasi dengan peta baru yang dimiliki Balai Arkeologi, di mana juga memuat adanya petilasan lain di sekitar wilayah Kecamatan Pekat. (my).