Dompu (EDITOR News) – Hijauan merupakan pakan pokok untuk ternak ruminansia. Umumnya, hijauan berasal dari tanaman rumput dan kacang-kacangan. Kekurangan hijauan makanan ternak setiap tahun, terutama pada musim kemarau merupakan masalah yang harus dipecahkan.
Peningkatan produksi hijauan makanan ternak dibatasi oleh kecendrungan makin sempitnya lahan akibat jumlah penduduk yang selalu bertambah dan perluasan lahan pertanian. Untuk itu, pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak dapat menjadi solusi masalah tersebut.
Hal ini, diungkap Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Kabupaten Dompu, Ir. Zainal Arifin M.Si, Rabu (12/4/22).
“Dari bermacam-macam limbah pertanian yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan sebagai pakan ternak adalah jerami padi. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan karena selalu dibakar setelah proses pemanenan,” ujarnya.
Produksi jerami padi bervariasi yaitu dapat mencapai 12-15 ton jerami segar per-hektar satu kali panen, atau 4-5 ton jerami kering per-hektar tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
“Jerami padi sangat penting artinya untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya sapi potong, kambing dan domba,” jelasnya.
Meski demikian, jerami padi mutunya rendah karena mengandung serat kasar dan silikat yang tinggi. Bahkan, kadar protein dan daya cernanya rendah. Namun, untuk meningkatkan mutu jerami padi, perlu dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan urea dan probiotik.
“Probiotik adalah campuran berbagai mikro organisme yang berguna untuk mempercepat proses pemecahan serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak,” paparnya.
Lanjut Zainal, pembuatan fermentasi jerami dilakukan pada tempat yang terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Kapasitas 10 ton dapat dibuat bangunan dengan ukuran 4 x 5 meter. Lantai dasar, dapat dibuat dari semen atau tanah yang dipadatkan dan ditinggikan dari tempat sekitarnya, tanpa didinding.
“Bahan bangunan menggunakan kayu atau bambu dan untuk atap dapat berupa seng atau bahan yang tersedia di tempat dengan jarak lantai ke atap 3 meter,” terangnya.
Proses fermentasi, dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap fermentasi dan pengeringan. Tahap pertama, jerami padi yang baru dipanen dengan kadar air 65 persen, kemudian ditumpuk ditempat yang telah disediakan dengan ketinggian 20 meter.
Taburi urea dan probiotik secara merata dengan takaran masing-masing 2.5 kilo gram untuk setiap 1 ton jerami padi. Tambahkan lagi, timbunan jerami padi setebal 20 cm lalu taburi lagi urea dan probiotik secara merata.