Dompu [EDITOR I News] – Setiap guru, dalam mendidik siswa-siswi, memiliki karakter yang berbeda dan dipastikan hukuman diberikan dengan tingkat kesalahan siswanya. Namun terkadang, sikap mendidik guru yang oleh beberapa orang tua dinilai terlalu keras, berujung pada tindakan kriminalisasi.
Kabupaten Dompu, merupakan salah satu daerah di Nusa Tenggara Barat dengan tingkat kekerasan terhadap guru, cukup tinggi. Berbagai laporan polisi hingga pada penganiayaan dilakukan oleh orang tua siswa terhadap guru, yang menegur siswanya yang nakal. Terakhir, seorang guru harus kehilangan jarinya akibat ditebas salah satu wali murid, akibat memukul seorang siswa yang kedapatan melakukan kesalahan dan menantang guru yang menegurnya.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Dompu, Ihtiar Yusuf meminta wali murid untuk menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab anaknya saat di sekolah. Dengan memberikan kenyamanan dan keamanan pada guru dalam mendidik anak didiknya, dipastikan pendidikan karakter yang di gadang-gadang, akan terwujud dengan sempurna.
“Tidak ada guru yang ingin membunuh siswanya dalam mendidik. Hukuman atau teguran seorang guru itu berdasarkan tingkat kesalahannya. Masak guru tidak boleh menegur siswanya yang salah,” ucapnya, Sabtu (25/11).
Ikhtiar menyarankan, jika terjadi persoalan antara guru dan murid, hendaknya diselesaikan dengan jalan perundingan. Persoalan hukum, tidak akan menyelesaikan persoalan, dan justru akan memperburuk proses belajar mengajar. Seorang guru, akan tidak berani melakukan inovasi, jika berada dalam tekanan dan berdampak pada turunnya kualitas pendidikan.
Ikhtiar sepakat, jika memang ada oknum guru yang melakukan kejahatan di proses secara hukum. Bahkan Dewan Pendidikan akan mendorong Aparat Penegak Hukum untuk memprosesnya dan dengan hukuman yang lebih tinggi. Ikhtiar mengakui, di Kabupaten Dompu masih ada guru-guru yang menyimpang.
“Namun jumlahnya hanya di bawah satu persen,” ungkapnya.