Dia berujar, baru beliau ini (Djuyamto, red) yang sidangnya beda-beda dengan Ketua Pengadilan sebelumnya. “Kasus anak dengan ibunya, terdakwa disuruh bernyanyi, satu-satunya di Indonesia,” ujar dia kembali.
Link berita : https://nasional.tempo.co/read/800346/hakim-perintahkan-nyanyikan-lagu-ibu-terdakwa-menangis-pilu.
Inovasi dan gebrakan Hakim Djoe diatas, sangat efektif menarik keinginan para wartawan untuk tetap meliput di kantor nya. Mereka tidak ingin melewatkan begitu saja informasi dan momen di PN Dompu. Sehingga tiap hari selalu saja ada wartawan yang nongkrong di PN Dompu, karena dipastikan banyak informasi menarik untuk diramu menjadi berita.
Kewibawaan, gaya komunikasi dan kemampuan merangkul semua pihak suatu penilaian tersendiri bagi para wartawan bahwa Hakim Djoe mitra sejati didalam bertugas.
Gaya Hakim Djoe digemari oleh wartawan sehingga mereka menaruh simpati yang amat dalam kepada nya.
Karena begitu dekatnya dengan awak media, Hakim Djoe dikagetkan dengan acara perpisahan yang diselenggarakan oleh pahlawan informasi tersebut, karena ia akan pindah tugas ke PN Bekasi, Jawa Barat.
Selama bertugas di Dompu, namanya harum tidak tercoreng sedikitpun, karena Hakim Djoe tidak pernah menaruh kepentingan pribadi atas jabatannya. Hal itu dibuktikan tidak adanya riak riak dari masyarakat.
Keakraban dengan wartawan tidak dimanfaatkannya untuk berkongkalikong dalam kejahatan, baik aspek tugas wewenang maupun pengaturan pemberitaan.
Sinergitas yang baik antara Hakim Djoe dengan wartawan adalah contoh seorang pimpinan Pengadilan yang tidak alergi dengan insan pers. Contoh kemesraan yang dibangun dengan para wartawan itu harus diikuti oleh para pimpinan tertinggi dalam lingkup lembaga Peradilan dimanapun.
“Hakim Djoe bukan wartawan, tapi jiwa nya melekat pada awak media,”.