SUARABBC, Dompu – Perkembangan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, tiap tahun terus mengalami peningkatan yang signifikan. Semester pertama 2018, sedikitnya 60 persen mengalami peningkatan dari kasus tahun sebelumnya.
Kepala Instalasi Fisioterapi RSUD Dompu Syarifuddin, SST. FT, mengungkapkan, datang terakhir yang dimiliki saat ini ada 9 penderita AIDS di Dompu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari 9 penderita tersebut, yang sudah meninggal dunia 3 orang, semuanya jenis kelamin laki-laki, dan mereka dari Kecamatan Hu`u dan Kecamatan Dompu.
Dijelaskannya, dari Hu`u ada 2 orang meninggal dunia, dimana riwayatnya, yang satu pernah tinggal di kota besar dan berprilaku pergaulan bebas atau seks bebas, umur 28 tahun, dan satunya eks karyawan diskotik di Lakey, tentunya akibat gonta ganti pasangan, umur 26 tahun. Sementara 1 orang dari Kecamatan Dompu, riwayatnya anal seks (biseks) karena dia seorang wanita – pria (waria).
Dari ketiga yang meninggal tersebut, secara kasat mata atau fisik mereka mengalami mencret yang berkepanjangan dan merasa badannya lemas atau kurang bertenaga.
Kemudian, mereka yang sudah almarhum itu, sudah lama digerogoti virus AIDS, apalagi masa inkubasi HIV/AIDS itu 4 sampai 5 tahun baru terasa. “Dan rata-rata pasien yang datang itu penyakitnya sudah komplikasi, kadang mereka datang dengan sakit mencret, flu yang berkepanjangan disertai berat badan yang sudah drop,” ujar Mantri Den, Jum`at, 13 juli 2018.
Dia paparkan, rata-rata yang diketemukan selama ini, seperti contoh yang sudah meninggal, awalnya mereka datang berobat, ketika itu dicurigai karena badan mereka lemas dan sakit yang menahun. Setelah mendapati kondisi demikian, dicoba dilakukan konseling dan pemeriksaan laboratorium, hasilnya mereka positif AIDS. Setelah diketahui positif, walaupun tanpa diketahui jelas sudah berapa jumlah virus yang menyerangnya, kemudian dirujuk ke Bima untuk mengetahui lebih jelasnya jumlah virus yang sudah menyerang.
Lalu Mantri Den membuka kasus lainnya, di Kecamatan Woja, terdapat 2 kasus yang sudah positif AIDS, jenis kelamin perempuan dan laki, umur masing-masing 30 tahun dan 20 tahun.
Riwayat tertularnya AIDS, yang perempuan akibat bawaan suami, dimana suaminya berprofesi sebagai Sopir, sering gonta ganti pasangan. “Terakhir dari cerita sang istri, bahwa suaminya pernah membawa perempuan didalam rumahnya,” cerita dia. Kemudian, yang laki-laki terjangkit AIDS akibat seks menyimpang sesama jenis. “Dia pernah berhubungan seks dengan waria,” ujarnya.
Dari keduanya, secara fisik si perempuan menderita penyakit gatal-gatal, sedangkan yang laki-laki mengeluhkan badan lemas, sering pusing dan sempoyongan.
Selama ini, kata Mantri Den, keduanya aktif melakukan konsul dan berobat, dan bahkan si perempuan dan suaminya tiga hari yang lalu datang minta rujukan untuk mengambil hasilnya di Bima.
Kepada SUARABBC diruangannya, dia ceritakan bahwa pihaknya terus memantau perkembangan mereka dan terus diberikan edukasi serta semangat terhadap mereka. “Setelah kami memberikan edukasi melalui konseling, apa yang harus mereka lakukan, sepertinya mereka termotivasi karena ketika ada masalah saat mereka berobat Bima, mereka kesini mengeluhkan misalnya dipersulit ketika mengambil obat padahal mereka punya kartu. Upaya konseling untuk memberikan semangat, sedangkan berobat untuk melemahkan virusnya sehingga harapan hidupnya lebih panjang,”.
Dia menjelaskan, penyebab munculnya HIV/AIDS karena pergaulan bebas, free sex, narkoba, jarum suntik dan lain sebagainya. Sedangkan potensi yang paling besar terjangkitnya virus HIV/AIDS akibat perilaku seks menyimpang dengan sama jenis (Dengan waria, red). “Potensi HIV/AIDS dari kaum lebih tinggi, karena perilaku seks mereka menyimpang yaitu dilakukan melalui anal (dubur) dan disitu terdapat semua kotoran,” tegas dia.
Diakuinya, salah satu kendala yang dihadapi dalam penanggulangan HIV/AIDS apalagi yang sudah terjangkit adalah mereka sifatnya lebih tertutup, kalaupun mereka mau terbuka setelah mereka datang berobat, kemudian dilakukan konseling dan pemeriksaan laboratorium, dimana kondisi mereka pada saat itu sudah parah.
Kendati demikian, Mantri Den berharap kepada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Dompu agar gaung pemberantasan HIV/AIDS lebih besar lagi dengan berbagai macam kegiatan, sosialisasi yang lebih sering serta pembinaan-pembinaan kelompok remaja.
Dirinya pun mencontohkan seperti yang sudah dilakukan oleh Ratu, staf Puskesmas Ranggo, dimana dia membentuk kelompok remaja, dan dikumpulkannya teman-teman waria (maaf), terhadap mereka diberikan pembinaan dan mensosialisasikan tentang gambaran hidup sehat dan bagaimana agar terhindar dari HIV/AIDS. Apalagi teman-teman waria yang ada di kota mereka mau ikut mensosialisasikan bagaimana pencegahan HIV/AIDS.
Sejauh kata dia, belum ada informasi bahwa dari kalangan mereka (waria, red) terjangkit HIV/AIDS, mereka sulit diketahui karena dari mereka belum ada yang datang konseling. “Sebenarnya terhadap kelompok waria akan bisa diketahui kalau teman-teman KPA gencar memasuki ruang mereka. “Bisa, bisa mereka diketahui apakah mereka sudah mengidap HIV/AIDS,” Den meyakinkannya.
Sebelum mengakhiri penjelasannya, Mantri Den mengisahkan, ada seorang pasien laki-laki yang mengidap HIV/AIDS. Dimana penyakit mematikan itu terjangkit akibat seks dengan waria. Katanya, pada awalnya mereka menolak untuk bercerita, setelah didalami ujung-ujungnya mereka akui pernah dipaksa dan pernah ditodong. Dipaksa untuk melayani kebutuhan mereka (waria). “Itukan alibi mereka (yang laki-laki),” sembari dia tertawa.
Kembali dia mengingatkan, melonjaknya porsentase penderita HIV/AIDS di Dompu akibat seks bebas (free seks) baik lawan jenis maupun sesam jenis. Dan melonjaknya kasus HIV/AIDS di Dompu lebih banyak akibat seks sesama jenis.
Dia menambahkan data 5 orang kelompok waria di Kecamatan Dompu yang sudah meninggal dunia karena diserang AIDS, termasuk data yang diatas. Sedangkan sisanya 3 orang sudah kembali ke Bima, Sape dan Kore.
Mengingat kasus HIV/AIDS makin hari terus meningkat, Den kembali berharap agar KPA lebih intens sosialisasi penyebaran HIV/AIDS dan cara pencegahannya. “Itu saja yang yang kami harapkan, kan kasihan generasi kedepannya,” imbuh dia.
Dan dia pun berpesan agar masyarakat menjauhi perilaku seks bebas, seks sesame jenis, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. (if).