Oleh : Muhammad Syarifuddin Hasan, M. Pd*
Momen debat perdana calon Kepala Daerah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat tahun 2020 dengan tema reformasi birokrasi, pendidikan, kesehatan dan narkoba menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh semua elemen masyarakat Dompu yang ingin mengetahui visi dan misi serta program kerja dari tiga pasangan kandidat yang ada.
Pada kesempatan ini saya ingin fokus menyoroti terkait isu pendidikan yang menjadi salah satu topik debat malam itu tanggal 4 November 2020 di Paruga Samakai.
Isu pendidikan merupakan isu yang menarik bagi saya pribadi dan khalayak banyak karena merupakan isu mendasar dalam berbagai perhelatan Pilkada. Ukuran sebuah kepemimpinan yang sukses adalah dapat diukur dari kemajuan pembangunan daerah pada sektor pendidikan. Kemajuan suatu daerah dan peradaban bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan bidang pendidikan yang merupakan faktor penentu kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu sektor pendidikan merupakan fokus utama pembangunan pada semua level kepemimpinan suatu bangsa.
Jika ditinjau dari visi misi tiga kandidat pasangan Pilkada 2020, sektor pendidikan sangat menarik untuk dijual dalam setiap pidato semua pasangan calon saat debat seperti pasangan nomor urut 1 (Eri Aryani – Ihtiar), menyampaikan visi misi dalam sektor pendidikan hanya dalam tataran optimalisasi infrastruktur dan sistem yang ada saja. Begitupun juga pada saat disinggung tentang pembelajaran dalam kondisi pandemi covid-19 saat ini juga mengungkapkan beberapa langkah pembelajaran yang masih harus ditelaah efektivitas pelaksanaannya, contoh bentuk rombongan belajar.
Berbeda dengan pasangan lain seperti pasangan calon nomor urut 2 (Kader Jaelani – Syahrul Parsan) memberikan gagasan penyediaan pendidikan vokasi dan pelatihan yang bersifat sesuai kebutuhan pasar kerja serta berbasis pada sertifikasi kompetensi yang ada merupakan jualan ide dalam membangun bidang pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha saat ini.
Berbeda dengan pasangan nomor 1 dan 2, pasangan no 3 (Syaifurrahman Salman – Ika Rizky Veryani) lebih menawarkan konsep pendidikan gratis. Program pendidikan gratis menurut saya tidak bisa dinilai sesuatu yang unggul karena dalam sektor pendidikan tidak hanya pada konteks pembiayaan pendidikan dan pembelajaran saja yang harus dijalankan, namun yang paling utama adalah konsep pendidikan yang memanusiakan manusia dan merubah perilaku hidup manusia dengan karakter unggul secara spiritual, sosial, ekonomi dan ke-Indonesiaan yang tinggi dengan nasionalisme.