Sudah tiga kali Jum’at, kita menunggu keputusan soal mutasi, jadi atau benar. Para abdi negara dan masyarakat tukang kepo didera oleh perasaan resah dan gelisah menunggu disini, kata teman ngobrol saya diujung telepon. Tak sungkan sungkan dia mencuri syair lagu Obbie Messakh – sang penyanyi legendaris, hanya untuk sebuah obrolan ringan agar terdengar nyentrik.
Apa yang ditunggu tunggu ditengah kegamangan dan kegalauan yang sangat ternyata tak jua terjadi, padahal sebelumnya berhembus akan terjadinya bongkar pasang pejabat, utak atik jabatan begitu kuat menerjang sejatinya topan tornado Amerika tapi tak juga sekuat ma’ruf dalam drama kekinian.
Apakah mereka harus menunggu tiga kali puasa, tiga kali lebaran baru gerbong mutasi digerakkan oleh si masinis. Guyonan konyol berbalut menukil salah satu syair lagu, padahal bicara rotasi, mutasi, promosi dan apapun istilahnya di alam birokrasi bicara nasib rakyat dan sehatnya pemerintahan.
Jum’at kemarin suasana begitu adem seperti adem sari, ibadah bang karni sangat khusyuk, begitupun jama’ah dari beringin khusyuk juga beribadah Jum’at. Usai sholat lalu meneguk segelas kopi. Gak ada tanda tanda akan ada gempa apalagi tsunami mutasi dari wajah pemilik tahta, keadaan biasa saja, ngalir seperti air.
“Ah, kamu serius banget bicara mutasi. Ngapain ditunggu tunggu seperti kamu menunggu kekasihmu di stasiun balapan Solo” gayanya berangkuh.
“Kamu tunggu saja di persimpangan Malioboro, disana pasti kamu disamperin big boss dan nyonya besar, seperti jika kamu berjalan di gang dolly atau di pusat intrik, trik, dan gerak tipu tipu Macau” kalimat bernada seperti perintah harian panglima zaman orde baru keluar dari mulut teman sekolah saya.
Nasib hari Jum’at tetap ‘dikeramatkan’ atau tidak, hanya Allah dan mereka yang tahu. Tetapi lembaga anti rasuah, Jum’at adalah waktunya mereka istrahat bekerja dalam ruangan tetapi lebih senang mereka kerja diluar kantor apalagi dieputaran singgasana kekuasaan. Kelaziman selama ini, kerja komisi pemberantasan korupsi mendapat barokah di hari Jum’at karena tidak sedikit yang mereka ciduk.
Karena ditubuh KPK pasti ada pegawai Muslim yang taat, tentunya mereka yakin salah keistimewaan hari Jum’at yaitu ‘waktu mustajab untuk berdoa’ sebagaimana dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud “Pada hari jumat ada 12 jam. Diantaranya ada satu waktu, apabila ada seorang muslim yang memohon kepada Allah di waktu itu, niscaya akan Allah berikan. Carilah waktu itu di penghujung hari setelah Ashar”.
Do’a pegawai KPK pasti isinya bagaimana agar operasi tangkap tangan berhasil.