Oleh : Hersubeno Arief*
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo ditangkap KPK.
Berita itu sejak pagi tadi, menjadi berita besar di media. Trending topic, percakapan utama di media sosial.
Kategorinya BREAKING NEWS!!!
Selain Edhy, sejumlah orang juga ditangkap dalam operasi di bandara Soetta Rabu (25/11) dinihari, termasuk istrinya bernama Iis Rosita Dewi.
Iis tercatat merupakan anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra.
Tangkap tangan ini sangat mengejutkan. Sejak UU KPK direvisi, KPK dipimpin Komjen Firli Bahuri seorang perwira tinggi aktif polisi, banyak yang skeptis.
KPK sudah tak bertaji. Tak bisa diharap lagi. Para pejabat negara, terutama pejabat tinggi sekelas menteri, bisa tenang menjalani hari-hari penuh dengan korupsi.
Dugaan itu ternyata salah, KPK masih bertaji. Seperti membaca pertanyaan publik KPK segera membocorkan ke media.
“Penyidik senior KPK Novel Baswedan memimpin penangkapan di bandara!”
Publik menjadi mahfum. Paham mengapa KPK tetap sakti.
Kehilangan bola matanya akibat disiram air keras, Novel tak kehilangan nyali. Bersama dengan para penyidik lain, Novel membuat lembaga anti rasuah itu tetap disegani dan sedikit dihormati.
Bagaimana nasib Edhy?
Belajar dari kasus-kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebelumnya, rasanya akan sangat sulit berkelit. Apalagi beritanya sudah muncul di media.
Jadi prosesnya dipastikan akan berlanjut. Edhy dipastikan harus mengucapkan selamat tinggal, pada kursi menteri yang hanya sejenak bisa dia nikmati.
Bersama anggota Kabinet Jokowi-Ma’ruf dia dilantik pada tanggal 23 November 2019. Jadi hanya 1 tahun lebih 1 bulan, 2 hari.
Hari pelantikan sebagai anggota kabinet, dan hari penangkapannya sama. Sama-sama Rabu. Bedanya hanya waktu. Satu pagi hari, yang lain dinihari.
Kalau nasib Edhy sudah hampir bisa dipastikan, bagaimana dengan nasib masa depan hubungan Prabowo-Jokowi?
Edhy bagaimanapun merupakan tangan kanan Prabowo di pemerintahan.
Dia dikader sejak usia belia oleh Prabowo.
Diselamatkan, disekolahkan, dikader, hingga didudukkan menjadi menteri.
Berarti dia mempunyai posisi sangat spesial bagi Prabowo. Bukan hanya Ring 1, tapi Ring 1/2.
Betapa spesialnya Edhy bisa terlihat ketika menghadap Jokowi di Istana Merdeka. Dia datang bersama Prabowo.
Pakaian yang dikenakan pun sama. Seragam kebesaran Gerindra atasan putih, dengan bawahan warna kaki.
Penangkapan Edhy jelas merupakan pukulan telak bagi Prabowo.
Penangkapan Edhy menunjukkan tidak ada proteksi, dan perlakuan spesial dari istana.
Prabowo pasti tahu dan paham, ada beberapa petinggi partai yang nyaris ditangkap KPK. Tapi bisa berkelit, dan tidak ada kelanjutan kasusnya.