Sebagai anggota koalisi, posisi Prabowo c/q Gerindra harusnya, sekali lagi harusnya, sangat spesial di pemerintahan.
Selain jumlah kursinya di DPR terbesar kedua setelah PDIP, Prabowo juga masuk kabinet karena “diminta” oleh Megawati dan Jokowi.
Dimulai pertemuan dengan Jokowi di stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Diakhiri makan siang di resto Satay House, Senayan.
Dilanjutkan dengan jamuan makan nasi goreng spesial di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Jakarta.
Posisinya jelas beda dengan partai yang lain. Dia diminta masuk, untuk memberi legitimasi yang lebih kuat terhadap pemerintahan Jokowi.
Kalau setelah masuk, ternyata salah satu orang kepercayaannya dibiarkan dicokok oleh KPK, ini jelas sebuah penghinaan besar bagi Prabowo.
Marwahnya sebagai figur yang sering menggembar-gemborkan pemberantasan korupsi. Maling-maling uang rakyat, begitu dia sering secara lugas menyebut, benar-benar tercoreng.
Pilihan Prabowo
Apa pilihan Prabowo menghadapi situasi yang pelik dan musykil ini?
Pertama, jika ingin menunjukkan konsistensi antara ucapan dan perbuatannya, Prabowo akan membiarkan Edhy.
Dia bahkan segera menyampaikan kepada publik memecat Edhy dari partai.
Langkah itu malah bisa digunakannya sebagai momentum memperkuat citra dirinya sebagai figur anti korupsi. Pamor Gerindra juga akan terangkat tinggi.
Prabowo bisa memilih figur lain dengan integritas tinggi, menggantikan Edhy. Gerindra seharusnya tidak akan kekurangan stok.
Kedua, bila Prabowo merasa dikhianati, maka ada beberapa opsi yang diambil:
Membiarkan jabatan yang ditinggalkan Edhy, kosong dan diserahkan kepada partai lain. Sikap ini merupakan signal yang sangat keras bahwa dia sangat marah, kecewa kepada Jokowi dan Megawati.
Langkah lain yang lebih drastis, Prabowo mengundurkan diri dari kabinet, sebagai bentuk perlawanan secara terbuka kepada Jokowi dan Megawati.
Opsi mana yang akan diambil oleh Prabowo? Hal itu akan menunjukkan kualitas dirinya sebagai tokoh politik dan pemimpin partai besar sekelas Gerindra.
Meminjam istilah yang pernah diucapkan secara heroik oleh Prabowo, apakah setelah penangkapan Edhy, dia tetap memilih “timbul dan tenggelam bersama Jokowi?.”
Sejarah akan mencatat. Prabowo seorang pensiunan jenderal. Pernah dijuluki sebagai macan Asia, memilih seperti apa dia akan dikenang? end.
*Analis politik/wartawan senior