Pada serangan pertama tahun 1340, pasukan yang dipimpin Gajah Mada mengalami kekalahan. Walaupun dipukul mundur, tapi orang-orang Majapahit tidak kembali ke Jawa melainkan menetap di Hu`u. Mungkin itu sampai adanya daerah Daha sekarang, begitu juga Kuta.
Selanjutnya serangan kedua melibatkan bantuan pasukan dari Bali. Kerajaan Dompo masih tidak terkalahkan. Akhirnya Gajah Mada menggunakan taktik duel antara panglima, dan Gajah Mada pun menang. Itu berlangsung tahun 1357. Gajah Mada kemudian berlama-lama di Dompo untuk pendudukan.
Tidak diketahui persis berapa lama Dompo di bawah Majapahi. Namun berdasarkan catatan dari Istana (Masjid Raya sekarang), kalau dihitung di Pa Dompo 1357 sampai masuknya Islam di Dompo, di mana perkembangan Islam pada 1545, bisa dihitung sampai di situ masa Hindu. Dalam misi penaklukkan Gajah Mada memang terjadi penetrasi budaya Hindu.
Setelah meletusnya Gunung Tambora tahun 1815, dalam catatan sejarah Pa Dompo sebagaimana terdapat dalam salinan Bo Manuru Kupa, silsilah Raja Dompo sampai Muhammad Sirajuddin tidak terputus. Eksistensi masyarakat sekarang karena ada pemerintahan, ada pengalihan dari sistem kesultanan menjadi sistem surapradja.
Jejak peninggalan Majapahit di Dompu
Ada beberapa jejak Majapahit di Dompu. Salah satunya ada bukit bernama Doro Bata. Menurut ahli itu adalah jejak kerajaan Majapahit. Di Doro Bata, terdapat benda-benda peninggalan Majapahit yang kaya ukiran berbau Hindu.
Doro Bata menurut cerita masyarakat adalah bangunan istana yang ditimbun. Mitos yang beredar di masyarakat, jika Doro Bata digali, akan berakibat fatal bagi masyarakat di sekitarnya.
Kemudian sampai sekarang masih terdapat nama-nama kampung seperti Daha. Daha merupakan bawaan kerajaan Majapahit. Kemudian Kuta, dan ada juga Madawa. Madawa berasal dari kata Maha Dewa.
Ada juga peninggalan nama kampung seperti Kelurahan Karijawa. Saat Majapahit berada di Dompo, Karijawa merupakan pemukiman laskar Majapahit yang berasal dari Jawa.
Begitu juga dengan Bali Satu, nama sebuah kelurahan saat ini. Bali Satu dulu pemukiman pasukan yang berasal dari Bali.
Dari segi tradisi dan budaya, di Dompu masih kental kebiasaan masyarakat membuat Soji ra Sangga dalam acara-acara seperti sunatan. Soji ra Sangga adalah kata lain dari sesajen.
Sedangkan jejak Majapahit dalam aspek aksara dan bahasa, saat ini belum ada penelitian. Tapi salah satu yang ditemukan adalah Parasada (Bata), dan Parasada secara spontan terdengar disebut Pasada (tempat pemujaan).
Sejauh ini belum ada temuan bahwa Dompu pernah menggunakan aksara Jawa kuno serapan dari pengaruh Majapahit. Naskah yang ada memperlihatkan penggunan aksara Arab Melayu. Bisa jadi budaya menulis baru dimulai saat Islam masuk dan memperkenalkan aksara Arab Melayu.