Misalnya, “Kalau mau dapat jabatan, apalagi eselon 2, lobi saja lewat ibu,” cetusnya meyakinkan.
Celakanya, ibu maksudnya disini tidak disebutkan. Apakah ibu bupati? istri wali kota? atau permaisuri gubernur? atau ibu yang belanja di pasar?. Terkadang oleh masyarakat istri kepala daerah disapa dengan umi, seandainya pernah berangkat haji.
Memang, urusan lobi dan jual beli jabatan potensi yang terlibat kalau bukan kepala daerah, atau istrinya. Kalau suaminya gak turutin permintaan sang ratu, bisa-bisa kepala daerah tidak dikasih jatah makan malam Jum’at (atau rela tidur pistol dan sunah Rasul lewat begitu saja).
Adalagi yang lebih gila cara melobinya, bahasa dari masyarakat nyerempet-nyerempet ke hubungan ranjang. Contoh, “Atau kalau mau, main belakang saja, lewat belakang gitu, pasti jebol,” waduh, parah neh seakan akan film blu.
Serem ah, padahal anal sex diharamkan dalam agama, dan sangat dilarang dari segi kesehatan karena kotor dan berpenyakit.
Ternyata main belakang, lewat belakang, maksudnya kalau mau melobi masuk saja lewat dapur pendopo. Hah!, mereka tidak mau mendefinisikan dapur yaitu dapur rumah pribadi bupati, mereka maunya dapur dimaksud adalah dapur istana daerah.
Ada juga kejahatan lain dan lebih sadis tersingkap dalam obrolan gak karuan tadi, seperti ini modusnya, posisi kepala disebuah organisasi perangkat daerah sengaja di congkel (sengaja dikosongkan) dan dipaksa diisi oleh pelaksana tugas (Plt). Pelaksana tugas ini bisa orang dari dalam, ada juga pegawai dari luar OPD. Dan biasanya jabatan bawaan si Plt kalau bukan kepala bidang, kepala bagian, atau sekretaris, dan memang seperti itu aturan mainnya.
Lalu, mau tahu siapa yang menjadi pejabat definitif pasca di Plt kan? jawabnya kalau bukan Plt, atau orang lain yang pura-pura dan disuruh ikut dalam lelang jabatan melalui panitia seleksi.
Namanya juga dilelang, tidak ada sebuah barang yang dilelang tanpa harga alias gratis, ini hanya guyon ko.
Masih tentang ibu dan main lewat belakang tadi, perkara lobi melobi disini harus dengan transaksi suap menyuap untuk membayar suatu jabatan, dan dilakukan jauh-jauh hari, karena komposisi pejabat dan jabatan diatur pasca lobi lobian dan tawar menawar harga. Kalau harga cocok, it’s ok mutasi, kalau belum ketemu harga mutasi di ulur-ulur dulu.