Oleh
Yuliana Setia Rahayu, S.I.Kom*
Semua orang tahu betapa sibuknya saya saat-saat sekarang ini. Selain mendapat beberapa jabatan baru di berbagai organisasi dan lembaga, saya adalah seorang caleg (calon anggota legislatif) yang harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengumpulkan banyak suara.
Sebagai pejuang konstituen, waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta saya harus saya perhitungkan betul agar efisien dan ekonomis mencapai tujuan kemenangan.
Tapi saya tidak bisa menekan hasrat dan kecintaan saya kepada literasi. Dari pada membuang waktu mengurus literasi, mungkin lebih baik saya menghabiskan waktu untuk berekreasi. Karena dalam perjalanan ini, saya sangat menahan diri untuk tidak mencampurkannya dengan tujuan saya meraih kursi DPRD. Takut ada yang bilang saya ambisi. Basi!.
Literasi adalah nafas yang memberi saya kehidupan. Tulisan dan bacaan adalah cara menjaga nyala jiwa dan ruh saya. Menulis adalah tarikan nafas saya. Berhenti menulis dan membaca seolah-olah menghentikan saya menghirup udara.
Dan saya percaya, literasi adalah detakan dan nafas kita semua. Literasi adalah jiwanya seorang manusia. Literasi adalah ruhnya sebuah keluarga. Literasi adalah sukmanya sebuah masyarakat, bangsa, bahkan agama.
Iqra’ kata sang Robbul Izzati. Bacalah!
Titah pertama Allah Subhanahuwata’ala kepada orang terkasihnya yang Ummi (tak bisa membaca dan menulis). Tapi Allah Maha Agung tak mungkin salah perintah.
Bukan sholat, bukan puasa, bukan zakat, tapi Iqra’!
Betapa jasad-jasad kita harus dihidupkan dengan membaca.
Maka dengan merawat literasi adalah cara kita merawat manusia-manusia beradab. Membangun peradaban yang bertanggungjawab. Menjauhkan manusia-manusia dari kebiadaban dan adzab.
Banyak membaca membuat kita hidup. Banyak menulis bisa membuat orang takjub. Banyak mendengar menjauhkan kita dari ujub.
Mari merawat literasi, merawat generasi!
Bangkitkan kejayaan negeri kita ini!
*Penggerak Literasi