SUARABBC, Dompu – Kepala Instalasi Fisioterapi RSUD Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Syarifuddin, SST. FT., mengeluhkan bahwa diruangannya tidak ada satu pun komputer untuk membuat laporan secara online ke Jakarta bagi jumlah penderita HIV/AIDS.
Kepada media ini, Jum`at, 13 Juli 2018, dikemukakan, dengan tidak adanya komputer khusus untuk pelaporan secara online, pihaknya menghadapi kendala dalam pelaporan jumlah penderita HIV/AIDS. “Kami hanya butuh satu unit komputer saja khusus untuk pelaporan dimaksud. Memang diruangan tersedia satu unit computer, namun komputer tersebut untuk penyelesaian pekerjaan lain, sedangkan pelaporan jumlah HIV/AIDS harus tersendiri,” ujar dia.
Dia berujar, bahwa dirinya bersama dokter fisiti sudah menyampaikan permasalahan itu ke direktur RSUD, teman-teman Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Dompu, juga telah disampaikan ke Kabag Kesra Setda Dompu Zulkifli Lubis, bahkan pernah diceritakan kekurangan komputer ke teman-teman Provinsi yang mengurus masalah HIV/AIDS saat berkunjung ke Dompu, namun sejauh ini tidak pernah ada reaisasi. “Kami utarakan semua, saya pribadi dan dokter Ari selaku fisiti sudah bersuara soal kendala tersebut, namun belum kunjung direalisasikan, akibatnya berpengaruh terhadap pelaporan,” ungkap dia.
Katanya, mengapa pihaknya sangat butuh komputer untuk pelaporan secara oniline? Karena didalam aturannya, ketika ditemukan satu klien positif HIV/AIDS, maka pada hari itu pula laporan secara online disampaikan ke pusat sehingga orang pusat bisa langsung merespon. “Itu manfaatnya,” tegas Mantri Den, sapaan dia.
Sementara selama ini dikeluhkan dia, bertahun tahun laporan dilakukan secara manual, akibatnya pelaporan agak lama dilakukan. Kalaupun dilakukan laporan secara online, hal itu harus melalui bagian pelaporan RSUD, fatalnya, misalnya dilaporkan sekarang, namun harus menunggu dulu keesokan harinya saat pegawai bagian pelaporan datang bekerja. Atau bisa saja laporan mengendap karena bagian pelaporan sedang banyak pekerjaan lain, yang berakibat tertundanya terhadap laporan HIV/AIDS.
Dia mengisahkan, pernah suatu waktu pernah tidak koneknya daftar penderita HIV/AIDS instalasi Fisioterapi dengan Dikes Dompu, bahkan Provinsi tetap menuduh laporan HIV/AIDS hanya sekian, padahal yang sebenarnya jumlahnya itu meningkat. Dia menambahkan, persoalan lain yang muncul ketika menggunakan laporan manual yaitu bisa saja informasi yang dikirim kurang valid karena datanya tertinggal.
Katanya, dulu setiap penderita HIV/AIDS harus merujuk ke Mataram untuk mendapatkan sidifor. Kemudian untuk pulau Sumbawa pusatnya di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) karena mereka pelaporannya rapi. Oleh Provinsi, KSB ditunjuk sebagai sumber rujukan. Nah, sekarang pindah ke Bima karena Bima dianggap system pelaporannya rapi, dan jumlah kasusnya meningkat.
Syarifuddin berharap, pihaknya ingin sekali seperti KSB dan Bima, karena kasus HIV/AIDS di Dompu makin lama makin meningkat, kemudian data yang dimiliki sangat lengkap. “Mungkin dengan adanya perangkat komputer ini, kami bisa melapor secara online, sehingga ketika itu juga mendapat perhatian khusus dari pusat,” harap dia.
Dia menambahkan, komputer yang dibutuhkan hanya komputer biasa, hanya saja system IT nya bersifat rahasia dan itu bisa didesain.
Di pasaran, harga satu unit komputer standard dan bisa dipergunakan untuk penyelesaian pekerjaan kantor berkisar antara 4 juta sampai 7 juta rupiah. (if).