SUARABBC, Dompu – Seorang warga di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, menemukan sebuah mortir yang diduga sisa peninggalan era kolonial disebuah gunung dekat rumah nya, seminggu yang lalu.
Kapolres Dompu melalui Kasubbag Humas Inspektur Satu Suhata, menjelaskan, penemuan mortir yang diduga peninggalan masa PD II tersebut oleh warga Dusun Saka, Desa Manggeasi, Kecamatan Dompu, bernama R. Ikbal Hamidun, 38 tahun, pekerjaan PNS. Benda berhaya itu ditemukan sekitar seminggu yang lalu.
Ceritanya, Ikbal menemukan mortir di Gunung Teka Ati, Dusun Rasanggaro, Desa Manggeasi, saat itu dirinya sedang berburu burung. Ketika hendak mengambil hasil buruannya disemak belukar, Ikbal dikagetkan adanya benda berupa peluru yang tergeletak ditanah. Benda tersebut kemudian dibawa pulang dan disimpan dirumahnya.
Merasa khawatir benda yang mirip peluru itu, dan dianggap berbahaya maka yang bersangkutan berniat melaporkan dan menyerahkan kepada pihak yang berwajib.
Sehingga, pada hari Senin, 24 September, dia menghubungi Bripda M. Arafah, anggota Polres Dompu yang bertugas di Sat Intelkam, agar mengambil mortir dirumahnya. Menurutnya mortir tersebut sangat berbahaya dan sangat tidak aman bagi keluarganya. Setelah dibawa ke Mapolres pukul 5 sore, untuk diamankan, kejadian itu dilaporkan ke Kasat Intelkam Inspektur Satu Abdul Haris.
Mendapat laporan adanya mortir dari anak buahnya, Haris segera berkoordinasi dengan Komandan Kompi Brimob Subden 3 Detasemen A Dompu Inspektur Satu Sudriman terkait penemuan alat perang tersebut.
Baru sekitar pukul 7 malam, Sudirman beserta pasukannya dari unit Jihandak melakukan pengecekan dan pembuktian keaktifan barang tersebut. Setelah dicek, ternyata benar mortir masih aktif, lalu dibawa ke Mako Brimob untuk diamankan dengan peralatan yang canggih.
Ditambahkan Suhata, bahwa dulu di Teka Ati tempat penemuan mortir dulunya merupakan lalu lintas masyarakat Dompu dengan wilayah Monggo, Dena, dan Mpuri, yang saat ini sudah menjadi Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, dimana antara perbatasan Desa Manggeasi dan So Mangkalo, diperkirakan ada kuburan zaman kolonial Belanda. “Kemungkinan wilayah tersebut ada kaitannya dengan tertinggalnya peluru mortir peninggalan sisa perang dunia ke II,” ujar Suhata.
Spesifikasi Mortir yang ditemukan
Menurut Danki Brimob Dompu Sudirman, panjang mortir yang ditemukan sekitar 30 cm, dengan diameter antara 15 sampai 20 cm. Menurut tim jihandak, mortir tersebut masih aktif. “Diperkirakan mortir zaman kolonial Belanda, dan memang sering kita menemukan barang-barang seperti itu,” kata Sudirman.
Katanya, jika dilihat dari jenisnya, mortir yang memiliki baling-baling di pantatnya mempunyai daya ledak dan daya dorong yang kuat, karena itu berdasarkan analisa teman-teman yang paham soal alat peledak. Apalagi barang-barang buatan zaman dulu memang diakui kehebatannya.
Sementara material pembuatan mortir terbuat dari besi baja, yang didalamnya berisi bahan peledak seperti TNT, juga terdapat pendorong mortir. Dan cara kerja mortir menggunakan semacam alat pelontar yang mendorong untuk menjangkau jarak yang agak jauh.
Ia menambahkan, saat ini alat perang itu disimpan sementara di markasnya, kemudian nanti akan dibawa ke Mako Brimob Bima untuk proses penjinakan lebih lanjut, karena disana ada unit khusus penjinak bom dengan peralatan yang lebih lengkap dan canggih. (bdl).