Setiap hari, selama bertahun-tahun, rakyat terpaksa menempuh jalan hancur. Boleh dikatakan tak bisa lagi bersepeda motor, konon pula menggunakan sepeda dayung. Di banyak ruas jalan provinsi, rakyat harus lihai melakukan zig-zag untuk mengelakkan batu-batu sebesar mangga, nenas atau bahkan sebesar semangka.
Di celah-celah bebatuan itu ada banyak lubang yang akan menghempaskan pengendara. Di musim hujan, lubang-lubang besar tertutup genangan air. Ini membuat pengendara lebih repot lagi. Mereka tidak bisa mengingat semua lubang dalam yang harus dihindari ketika melewati ruas yang rusak berat.
Untuk lubang-lubang tertentu yang sangat terkenal di kalangan pengedara, mungkin selalu bisa dielakkan. Mereka hafal letakknya. Para pengendara yang “berstatus member” menjadi sangat terampil melewati lubang-lubang berbahaya yang posisinya sudah di luar kepala itu. Begitulah. Saking lamanya lubang-lubang itu membersamai mereka. Hafal di luar kepala.
Boleh jadi orang Sumut akan menjadi juara umum kalau ada kompetisi internasional menggunakan jalan rusak berat. Yakin kita.
*Jurnalis Senior Freedom News