Kemudian, ada cabor yang lain bervariasi, dan pihaknya pertanyakan kalau memang include dengan perak dan perunggu, pihaknya juga banyak meraih perak dan perunggu. “Harus jelas acuannya, itu yang tidak diterima cabor-cabor yang lain itu. Itu yang kami persoalkan. Kami mau dengar pendapat seperti itu masalahnya, apa dasar acuannya,” dia berharap.
Dengan adanya persoalan pembagian bonus, kalau Koni sekedar minta maaf untuk diperbaiki tahun depan, itu alasan klasik menurut simpe.
“Enak banget, permasalahannya dana ini sudah ada, kenapa tidak cerdas dalam pembagian secara teknis. Jangan kami disuruh ke Bupati untuk mempersoalkan itu. Pemerintah daerah sudah baik sekali ko mencairkan dana, harus cerdas dong dalam pembagian itu,” ujar dia.
Perkara hitung-hitungan kata simpe adalah soal kecil, masalah gampang, sebenarnya yang menjadi masalah pembagian secara teknis. Pembagian itu hemat simpe harus beracuan sehingga tidak menimbulkan kecemburuan, karena masalahnya yang mengurus atlit di lapangan secara teknis oleh pelatih, sehingga para atlit bisa berprestasi mencetak medali. “Mana ada atlit mendapatkan sendiri medali tanpa diolah oleh pelatih, oleh system kepelatihan yang jelas, oleh metode pelatihan yang jelas, program latihan yang jelas. Itu semua sesuai dengan koridor keilmuan keolahragaan, yang mengacu pada pakar-pakar keolahragaan, banyak sekali referensi-referensinya itu”, pungkasnya.
Melatih atlit tidak semudah itu ujar dia, dibutuhkan buku teori-teori tentang keolahragaan, lalu kemudian dikonfrontir di lapangan.
Dan praktik itu sudah dibuktikannya dari PON ke PON, yang mana Nusa Tenggara Barat cabor Boxer selalu menyumbangkan medali emas. “Jadi tidak gampang. Sama ketika orang menjadi narasumber pasti belajar dulu sebelum presentasi. Sama dengan kami pelatih-pelatih, lalu mana harganya kalau diperlakukan seperti ini,” pinta dia.
“Sementara orang-orang ngomong hebat Koni mendapat juara 3 dalam Porprov, orang itu tidak tahu, kami ini disembunyikan, kok kami tidak dimunculkan, nyatanya diapresiasi serendah itu,” kembali simpe kemukakan kekesalannya.
Dia kemudian mengungkap, kalau daerah-daerah yang lain begitu menghargai komitmen itu. Karena kata olah raga ini berasal dari kata sportivitas, jangan hanya mengajarkan orang sportivitas tapi dari pengurus Koni sendiri tidak sportif. “Inikan tidak amanah, ini yang kita jadikan problem, menjadi masalah di olahraga,” ujar dia.
“Olahraga tidak maju-maju kalau manajemennya seperti ini. Kalau ada masalah kita perbaiki tahun depan, kita perbaiki yang akan datang. Itu bodoh, klasik alasan itu. Alasan bodoh itu” kesal dia lagi.