Dompu [EDITOR I News] – Pemerintah melalui kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menggenjot pemanfaatan energi baru terbarukan biogas sebagai energi alternatif untuk menggerakkan kegiatan ekonomi dan sosial.
Di Indonesia, energi ramah lingkungan ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan karena bisa mencapai 32 gigawatt (GW), mengingat potensi sumber daya alam yang melimpah. Bioenergi ini merupakan bahan bakar berupa gas hasil fermentasi kotoran hewan, manusia, limbah, dan sampah.
Seperti hal nya daerah lain di Indonesia. Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat juga memiliki ketersediaan sumber daya alam yang sama untuk pengembangan biogas. Sayangnya, kendati ramah lingkungan dan berkelanjutan tapi pengembangan biogas masih sangat minim.
Sekretaris Dinas ESDM, Nusa Tenggara Barat, Niken Arumdati, Jum’at (24/5) mengatakan, dulu pihaknya pernah membuat biogas dari kotoran Sapi yang berbasis rumah tangga di Desa Ta’a, Kecamatan Kempo, namun sayang belum berfungsi optimal.
Selain membangun di Desa Ta’a, pernah juga dibangun di Kota Bima. Disana biogas menggunakan limbah pembuatan tahu dan masih berfungsi sampai sekarang.
Dia pun mengungkapkan perbedaan kenapa biogas di Lombok bisa berhasil karena perbedaan kebiasaan berternak masyarakat di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
“Kalau masyarakat Pulau Sumbawa, melepas ternak mereka di padang penggembalaan, sedangkan di Pulau Lombok dikandangkan di rumah, sehingga lebih mudah mengumpulkan kotorannya,” ujar dia.
Kendala lainnya cetus Niken, masyarakat mudah mendapatkan bahan bakar seperti LPG untuk memasak, sehingga lebih memilih menggunakan LPG yang lebih praktis dibandingkan biogas.
Tentang keberhasilan pengembangan biogas berbasis rumah tangga, kita bisa berkaca dari Kecamatan Sambelia, Lombok Timur.
Biogas yang dibangun oleh Dinas ESDM NTB setahun yang lalu itu sampai saat ini masih tetap eksis dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat untuk aktivitas rumah tangga.