Oleh : Asyari Usman*
Ada dua cara licik untuk menjegal Anies Baswedan maju ke pilpes 2024. Pertama, melalui tangan Mahkamah Agung (MA) kalau lembaga ini mengabulkan PK (peninjauan kembali alias judicial review) Moeldoko yang selama ini mencoba merampas Partai Demokrat (PD). Kalau dikabulkan MA, maka PD menjadi “objek sengketa”. Karena sengketa, partai ini tak boleh ikut mencapreskan Anies.
Kedua, menjadikan Anies tersangka lewat tangan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan tuduhan korupsi Formula E. Ini artinya Anies tidak boleh mencalonkan diri. Bahkan dia bisa ditahan. Namun, cara kedua ini belakangan semakin tidak mungkin karena tidak bisa dibuktikan.
Nah, mungkinkah MA mengabulkan PK Moeldoko? Dan apa yang akan terjadi jika dikabulkan?
Sangat mungkin, MA menerbitkan putusan yang mengabulkan PK Moeldoko. Walaupun Moeldoko sudah 16 kali kalah di berbagai tingkat pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) dan MA. Dalam suasana seperti sekarang ini, apa pun bisa terjadi. Sebab, para penguasa tidak ingin Anies ikut pilpres 2024.
Per hari ini, pengabulan PK Moeldoko merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk menjegal Anies. Tiket Anies dari Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) otomatis akan batal.
Sesederhana itukah? Iya, kalau dilihat hanya dari segi penjegalan Anies saja. Kelihatan sangat enteng. Bagaimana tidak enteng, rezim yang berkuasa sudah menggenggam begitu banyak lembaga penegak hukum. MA, sebagai contoh, berdasarkan informasi yang dipublikasikan oleh Prof Denny Indrayana, sangat bisa digiring untuk memenangkan PK Moeldoko.
Mengapa bisa digiring? Karena banyak hakim agung yang diduga terlibat kasus korupsi. Mereka ini, menurut informasi yang diterima Prof Denny, akan dilepaskan dari kasus-kasus korupsi kalau mendukung putusan pro-Moeldoko. Jadi, para hakim itu lepas, PD keluar dari KPP, tiket Anies pun batal. Sederhana, bukan?
Tapi akan menjadi tidak sederhana kalau diperhitungkan kemungkinan reaksi publik pendukung Anies yang jumlahnya diperkirakan berpuluh-puluh juta, tersebar di seluruh Indonesia. Para pendukung Anies tentulah bukan orang-orang penakut. Mereka bukan orang yang mudah pasrah.
Mereka paham kalau Anies tidak bisa maju di pilpres, maka besar kemungkinan bangsa dan negara ini akan hancur. Anak-cucu keturunan mereka akan terancam dalam segala hal: akidah, pendidikan, martabat, kehidupan ekonomi, kemungkinan menjadi budak kekuatan asing, dan lain sebagainya.
Pemahaman para pendukung Anies tentang ancaman kehancuran itulah yang membuat mereka menunjukkan dukungan kuat, gagap gempita, ke mana pun Anies berkunjung.