Oleh : Asyari Usman*
Ritual penyerahan sesembahan untuk China semakin intensif. Tumbal-tumbalnya pun kian hari kian besar.
Kali ini, Pulau Rempang seluas 17,000 hektar dijadikan sesajen. Plus ribuan warga Melayu yang telah hidup di sana ratusan tahun. Sesajen ini dipersembahkan untuk membujuk agar China tertarik membuang kotorannya di negeri ini.
China membuang kotoran? Iya. Ini tidak salah tulis. China memang sedang membuang kotorannya. Banyak yang mau mereka buang di Indonesia ini.
Apa saja kotoran China itu? Kotoran yang terbusuk adalah pengangguran. Khususnya pengangguran milenial usia 16-24 tahun. Jumlahnya sampai 21% di bulan Juni 2023.
Bahkan, seorang akademisi yang menggali data itu menemukan pengangguran pemuda mencapai 46.5%. Sangat menakutkan.
Saking besarnya jumlah pemuda yang menganggur di China, pemerintah Beijing berhenti mempbublikasikan data pengangguran anak muda. Tampaknya pemerintah ketakutan.
Sekali lagi, pengangguran adalah kotoran terbanyak dan terbusuk yang harus dibuang China. Tempat pembuangan itu termasuk dan terutama Indonesia.
Investor China akan membuat pabrik kaca di Pulau Rempang. Apakah Pulau Rempang akan dijadikan kakus untuk membuang pengangguran China? Sangat munggkin. Para pejabat Indonesia mengatakan investasi China di pulau Melayu itu akan membuka lebih 300,000 lapangan kerja.
Untuk siapakah lapangan kerja itu nanti? Untuk orang Indonesiakah? Jangan senang dulu.
Sekarang semakin banyak yang bisik-bisik tentang orang China yang mendominasi proyek-proyek yang mereka biayai. Itu yang terjadi di sejumlah tambang nikel di Sulawesi. Juga di berbagai tempat lain.
Kita dengar pula cerita tentang perbedaan gaji antara orang China dan orang Indonesia di proyek-proyek itu. Praktik ini, konon, dibiarkan saja oleh para penguasa Indonesia.
Para pembesar Indonesia riang-gembira. Proyek impian yang diberi nama Rempang Eco City (REC) akan segera menjadi mimpi indah.
Kok mimpi indah? Karena proyek itu hanya indah di dalam mimpi orang-orang Melayu Rempang. Tidak akan pernah menjadi kenyataan bagi mereka. Hanya dalam mimpi saja.
Yang nyata bagi warga Melayu adalah penggusuran. Pengusiran. Dengan tindak kekerasan. Tendang, pukul, tangkap. Intimidasi.
Polisi mengerahkan kekuatan besar laksana mau berperang melawan musuh. Polisi itu ada di bawah kendali Presiden Jokowi. Ada juga militer yang diturunkan.
Polisi, yang banyak diantaranya melindungi judi online, peredaran narkoba, bahkan ikut menjual narkoba, dan baru saja dilanda kasus Sambo si pembunuh berencana, tampak beringas menindas warga Melayu Rempang. Mereka tembakkan gas air mata kepada warga yang tak berdaya.