Dompu, EN – Empat rumah warga RT. 18/RS. 08, Lingkungan Bali Dua, Kelurahan Simpasai, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat mengalami kerusakan berat. Akibatnya 19 jiwa dari 4 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal pada Rabu (5/1/22) sekitar pukul 14.30 Wita. Kejadia itu masih menjadi misteri.
Koordinator Tagana Kabupaten Dompu Nasrullah menyebut, akibat kejadian tersebut, 4 rumah permanen alami rusak berat dan rusak ringan.
Warga yang menjadi korban adalah Marjoni dengan jumlah jiwa yang menetap sebanyak 4 orang dan Maulidi Gamal dengan jumlah jiwa 4 orang. Kedua rumah tersebut mengalami rusak berat.
Sementara kondisi rumah yang mengalami rusak ringan yakni atas nama Arifin Syafrani dengan jumlah keluarga jiwa 6 orang dan Arifin Saodah dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang.
Keanehan yang dialami para korban diatas dijelaskan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Sultan Muhammad Salahuddin Bima Satria Topan Primadi. Katanya, setelah dilakukan pengecekan di wilayah Bima dan Dompu, siang tadi tidak ada aktivitas gempa bumi, sehingga potensi pergeseran tanah nihil.
Sementara dari data hujan, hujan di wilayah Dompu intensitasnya ringan – sedang pada siang hari pukul 11 Wita, sehingga potensi banjir juga nihil.
Menurutnya, kalau dilihat dari lokasi wilayah rumah tersebut kemungkinan di wilayah tebing, sehingga potensi longsor ada, namun ini longsor ringan karena tanah dalam kondisi labil. Oleh karena itu saran dia, warga perlu waspada untuk pemukiman di wilayah lereng, bukit, tebing dan pinggir sungai pada saat musim hujan karena rawan longsor.
Kejadian misterius tersebut Topan mensinyalir lebih kepada potensi longsor namun dia menekankan sebaiknya di cek tofografi lingkungan terlebih dahulu.
Dirinya pun kemudian mengutip pernyataan Dirjen PU, bahwa gerakan tanah merupakan suatu pergerakan massa tanah, batuan, atau bahan rombakan (tanah penutup atas) pembentuk lereng menuju arah bawah lereng. Pelandaian lereng dengan pembuatan teras-teras, pembuatan dan perbaikan saluran drainase.
Kembali dia menegaskan, “Bahwa bukan fenomena pergeseran tanah melainkan indikasi potensi longsor,” jawabnya melalui pesan pribadi, Rabu (5/1/22).