Dompu (EDITOR I News) – Malam ini, Kamis (06/04/23), pelataran Paruga Samakai, Kabupaten Dompu, nampak jauh berbeda dari biasanya.
Jika selama ini Samakai menjadi pusat hajatan pemerintah dan masyarakat untuk berbagai macam acara. Namun malam Jum’at ini menjadi saksi, sekelompok orang berkumpul, mereka menyatu dengan hening ditengah hiruk pikuk suasana bulan Ramadhan.
Bukan sekedar berkumpul biasa, tetapi mereka sambil menyalakan lilin sebagai ungkapan berbagai rasa. Lilin adalah sebuah simbol solidaritas.
Tidak ada maksud dan tujuan lain dari pancaran lilin yang mereka nyalakan. Mereka hanya mau menunjukkan rasa setia kawan, solidaritas, dan dukungan moril kepada sesama.
Simpati dan empati mereka tercurah di malam penuh berkah ini. Laki laki, perempuan, tua, dan muda tanpa dipimpin tergerak bersama untuk memberikan rasa hormat sebagai bagian perasaan yang perlu dipikul bersama.
Selain menyalakan lilin, acara tersebut dirangkaikan pengumpulan koin, sebuah simbol kekuatan masyarakat yang semata mata untuk meringankan penderitaan sesama bukan konteks simbol perlawanan.
Aksi solidaritas yang didalamnya terdapat para aktivis, politisi, dan atlet olahraga tersebut dilakukan setelah Putra Taufan dirundung masalah hukum.
Mantan ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Dompu itu ditetapkan oleh penyidik Kejaksaan Tinggi NTB sebagai tersangka dugaan korupsi dana hibah KONI dari tahun 2018 sampai 2021.
Saat ini, bung Opan sapaan aktivis kepemudaan tersebut sudah ditahan di Rutan Mataram, untuk proses hukum lebih lanjut.
Penetapan Opan sebagai tersangka, memaksa aksi solidaritas malam ini. Dia dianggap sosok pemberani, setia kawan dan peduli.
Sahabat Opan, Yudhi Dwi Yudhayana, menyampaikan aksi ini murni solidaritas. “Ini murni solidaritas dan tidak ada hubungannya dalam proses hukum. Kita tidak akan menunda atau menuntut pembebasan Opan, tetapi murni menguatkan Opan untuk menjalani musibah ini dengan tabah,” ucapnya dalam sebuah monolog.