Hari-hari ini saya teringat kembali adu argumen di Inggris itu ketika sekarang menyaksikan Anies dicecar pertanyaan oleh panelis kelas berat dan para mahasiwa yang galak. Anies bisa menjawab dengan bobot yang persis sama dengan kehebatan para politisi senior Inggris.
Sebenarnya, saya khawatir terjerumus ke puja-puji yang berlebihan. Cuma, tidak adil kalau ada penilaian positif yang harus disembunyikan hanya karena takut berkata overdosis.
Tidak mudah berbahasa moderat untuk menilai penampilan Anies yang selalu distinktif (menonjol) di sekian banyak diskusi terbuka. Diskusi-diskusi itu berhasil dia “kuasai”. Padahal, acara-acara terbuka itu sangat intimidatif terhadap beliau. Penilaian yang ditahan-tahan menjadi tidak alami karena kualitas dan bobot presentasi Anies memang selalu memicu rasa kagum.
Bila kita larut dalam kekaguman itu, akan mudah terucapkan “Anies Tak Terbendung”. Ini banyak sekali dikatakan dan ditulis orang.
Sudah bosan sebetulnya menulis judul “Anies Tak Terbendung”. Tapi, begitulah faktanya sejak Anies dideklarasikan sebagai capres.
Pertama, karena ke mana pun dia berkunjung akan selalu disambut massa yang membludak. Kedua, di mana dia tampil untuk diskusi terbuka, Anies selalu keluar dengan narasi-narasi segar, Dia selalu unggul di sirkuit kontestasi pilpres hari ini.
*Jurnalis Senior Freedom News