Sah-sah saja orang memiliki pendapat berbeda, karena kedaulatan dan kebebasan bersuara hak mutlak, kendati itupun terkadang dianggap sebagai oposisi.
Adalah Kmas Ardani Amalsyah, praktisi pendidikan mencoba mengambil sisi lain dari pertentangan yang ada.
Kepada Editor News dia menyeletup bernada pertanyaan, apakah masyarakat Dompu mulai menyembah berhala? Konteks yang dibicarakan oleh pemerhati ini terkait ‘semua berebut’ bicara tentang bagaimana merias patung.
Ujarnya dalam percakapan pribadi Selasa (13/09/22) kalau para petinggi daerah paham arti slogan yang mereka buat sendiri yaitu “Dompu MASHUR”, maka si patung buruk yang katanya adalah orang asing yang berselancar dengan bertelanjang dada ditengah kota itu akan dihancurkan atau minimal dipindah ke pantai, karena tidak sesuai dengan religiusnya kota Dompu seperti yang diucapkan.
Apalagi sambung Kmas, beberapa hari ini malah sampai jadi bahan diskusi tentang bagaimana mengindahkannya “Seperti sifat para pemuja berhala saja,” celotehnya.
Menurut dia, benar saja Islam sudah mengajarkan itu semua (patung dan berhala) namun umatnya arogan.
“Semoga kejadian saling mengolok dan memaki antara mereka terkait patung itu membuat mereka sadar bahwa mereka sudah melalaikan dirinya sendiri,” pesan pahlawan tanpa tanda jasa ini, diikuti pertanyaan “Lalu apa maksud dari Nggahi Rawi Pahu?”.