Pertumbuhan ekonomi nasional selama dua tahun belakangan tercatat rata-rata di atas 5 persen. Kementerian Keuangan merilis, pada kuartal II-2023 pertumbuhan kita berada di angka 5,17 persen. Pertumbuhan tersebut adalah cerminan bahwa ekonomi Indonesia kuat ditengah perlambatan ekonomi global.
Semua sektor memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor industri. Di dalam sektor ini terdapat industri baja. Industri baja paling besar yaitu PT. Krakatau Steel, perusahaan pelat merah milik pemerintah, dengan kode saham KRAS.
Krakatau Steel menjadi perusahaan baja yang memiliki peran strategis di dalam perekonomian nasional. Tahun lalu, perusahaan ini berhasil menyabet gelar “Fortune 100 Indonesia’s Biggest Corporations” berada di peringkat 30. Artinya KRAS mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.
Presiden Jokowi pernah menyatakan bahwa industri baja merupakan salah satu pilar penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia karena sektor ini sangat strategis karena produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dan bisa dimanfaatkan untuk industri-industri lain. Apalagi sepuluh tahun terakhir ini pertumbuhan pembangunan infrastruktur terus digenjot. Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan pada acara peresmian Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel (Persero) TBK di Kota Cilegon, Provinsi Banten, September tahun kemarin.
Proses tranformasi BUMN seperti yang sudah dilakukan oleh KRAS adalah contoh sukses transformasi BUMN saat ini. Pembangunan Hot Strip Mill #2 membuktikan transformasi itu berjalan dengan baik. Keberadaan pabrik HSM2 ini mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan terhadap baja impor. Dengan begitu, negara akan mengalami penghematan cadangan devisa mencapai puluhan triliun.
Selain itu, upaya untuk mewujudkan klaster 10 juta ton industri baja di Cilegon yang ditargetkan terealisasi pada tahun 2025 bisa tercapai. Seiring juga rencana Indonesia menjadi salah satu pusat produk mobil listrik dunia karena produk HRC yang dihasilkan HSM2 memiliki kualitas yang lebih baik sehingga untuk mengisi pangsa pasar otomotif yang membutuhkan kualitas baja terbaik tidaklah sulit. Mengingat kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun dengan ketebalan 1,4 mm hingga 16 mm.
Dari laporan keuangan KRAS, tahun 2021 nilai penjualan sebesar US$ 2,16 miliar atau setara dengan Rp.32,4 triliun dan laba bersih sebesar US$ 62,13 juta atau Rp.933,7 miliar.
Sedangkan di tahun 2022, pendapatan konsolidasi USD 2,24 miliar atau setara Rp.34,90 triliun. Mengalami peningkatan sebesar 5,8 persen dari tahun sebelumnya.