Bima, EN – Kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya atau disebut La Nina akan terjadi dibeberapa wilayah Indonesia termasuk Nusa Tenggara Barat.
Dalam press release yang diterima Editor News Selasa (02/11/2021) dari Stasiun Meteorologi Kelas III Sultan Muhammad Salahuddin – Bima, Nusa Tenggara Barat, memprediksi kondisi La Nina berdasarkan Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) bulan Oktober 2021 (pemutakhiran sampai dengan 19 Oktober 2021) menunjukkan dalam kondisi prasyarat. BMKG memprakirakan fenomena La Nina berada pada level Lemah – Netral, yang akan berlangsung hingga Maret – April – Mei 2022.
La Nina memiliki dampak yakni peningkatan akumulasi curah hujan bulanan sehingga berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis.
Selain La Nina, BMKG juga melakukan monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) Provinsi NTB umumnya dalam kategori masih ada hujan pada saat updating (0 hari) hingga sangat pendek (1 – 5 hari) yang terjadi hampir merata di seluruh wilayah NTB. Namun, dalam monitoring tersebut terdapat wilayah yang masih masuk dalam kategori ekstrem (lebih dari 60 hari) yaitu di wilayah Kecamatan Perigi, Kabupaten Lombok Timur dan merupakan wilayah dengan HTH terpanjang yaitu selama 74 hari.
Prediksi BMKG lainnya yaitu angin, berada pada tekanan 850 mb pada November 2021, ini menunjukkan monsun asia mulai memasuki wilyah Indonesia (termasuk wilayah Bima dan Dompu) dan akan semakin menguat pada Desember hingga Januari mendatang.
Untuk awal musim hujan wilayah Dompu dan Bima diprediksi terjadi pada dasarian 1 dan 2 Desember 2021, dengan prakiraan puncak musim hujan terjadi pada Januari 2022 yang meliputi wilayah Sanggar, Tambora, Pekat, dan Kempo. Sedangkan selain wilayah tersebut puncak musim hujan akan terjadi dalam bulan Februari 2022.
“Sehingga saat ini wilayah Dompu dan Bima berada pada masa peralihan. Masa peralihan musim harus diwaspadai potensi cuaca ekstrem skala lokal dan bersifat sporadis,” imbau Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin – Bima Topan Primadi dalam siaran pers nya.